Yehezikha Beatrix, The Success Story: Fight for my way
Nama saya Yehezikha. Taruna Tingkat III Politeknik Siber dan Sandi Negara. Ini adalah cerita saya, bagaimana perjalanan saya untuk akhirnya bisa masuk ke kampus Bumi Sanapati. Saya merupakan anak sulung dari tiga bersaudara, saya dan adik-adik saya memiliki jarak umur yang berdekatan. Saya lahir dari keluarga yang sangat hangat dan Puji Tuhan cukup terpenuhi. Orang tua saya adalah seorang wirausaha pengolahan sawit. Orang tua saya memiliki keinginan kuat agar saya dapat melanjutkan usaha mereka, terlebih karena saya anak sulung sepertinya. Berbagai fasilitas diberikan agar saya mengikuti jalur yang orang tua saya inginkan salah satunya adalah kuliah di jurusan bisnis agar saya dapat melanjutkan usaha ini. Namun, sejujurnya harapan kedua orang tua saya bukanlah keinginan saya yang sebenarnya.
Tentunya sebagai anak, ada kewajiban untuk patuh dan taat atas arahan orang tua dan saya berusaha bisa mengikuti apa yang kedua orang tua saya inginkan. Memang benar, untuk mengikuti kemauan orang tua saya, tidak banyak usaha yang perlu saya lakukan, apalagi sampai menyebabkan saya harus berjuang keras. Namun, pilihan saya berbeda haluan dengan apa yang diinginkan oleh kedua orang tua saya. Saya sangat tertarik pada sekolah kedinasan yang menerapkan pola pendidikan semi militer, yang tentu saja membuat kedua orang tua saya lumayan kaget karena menurut pandangan mereka mungkin tidak cocok buat saya dan tentu saja tidak sesuai harapan mereka. Saya berusaha meyakinkan kedua orang tua saya walaupun saya tau kalau ini harus keluar dari zona nyaman saya (asikk hehe), dengan meminta izin yang akhirnya mereka percaya dan memperbolehkan saya mengambil jalan hidup saya sendiri dan merestuinya. Pilihan saya pada sekolah kedinasan memberanikan saya untuk mendaftar. Ketika pendaftaran, saya memiliki 2 pilihan kampus, yaitu STSN (Sekolah Tinggi Sandi Negara) dan STIN (Sekolah Tinggi Intelijen Negara). Hal ini saya sampaikan kepada Mama saya dan akhirnya dengan iman, pilihan kami adalah STSN, walaupun tentunya Mama masih tetap kaget karena saya menjatuhkan pilihan saya pada STSN yang terbayang oleh mama saya bagaimana sulitnya saya menempuh Pendidikan disana. Sekolah Tinggi Sandi Negara (sekarang Poltek SSN) merupakan nama instansi yang asing bagi saya, karena saya tidak memiliki gambaran apapun mengenainya, yang bisa saya gambarkan adalah sekolah dengan berbagai pelajaran sandi di dalamnya. Informasi yang saya dapatkan pun tidak banyak karena informasi STSN saat itu terbatas, ditambah lagi saya tidak memiliki relasi yang pernah sekolah atau yang mengetahui tentang sekolah tersebut. Tapi saya optimis untuk mendaftar dan mengikuti segala rangkaian tes masuk walau kuota yang diterima hanya 100 orang. Satu per satu tes masuk saya ikuti, sampai akhirnya pada tahap tes akademik. Ketika itu, orang tua saya masih tidak rela saya masuk sekolah kedinasan karena berbagai hal baru yang akan saya hadapi. Ya betul sekali, saya bisa disebut sebagai “anak mami”. Saya menjadi tidak percaya diri karena label yang ada pada saya membawa ketakutan bagi saya, tapi saya tetap ingin masuk STSN. Saya percaya dan saya berdoa, begitupun yang dilakukan orang tua saya walau mungkin belum 100% setuju. Berlanjut sampai pada tes wawancara, saya kembali tidak percaya diri karena saya semakin memahami kehidupan di STSN yang terbilang sulit. Setelah menyelesaikan tes wawancara saya sampaikan hal-hal tersebut dan saya menyadari hal tersebut sesuai dengan yang dikhawatirkan orang tua saya. Orang tua saya yang sebelumnya khawatir akan sekolah kedinasan, berbalik mendukung saya. Setiap tes yang saya lalui disitu ada doa orang tua saya yang mengiringi.
Puji Tuhan saya lulus dan diterima di STSN, kampus yang sangat sulit bagi saya untuk menggapainya dengan berbagai lika-liku tes yang harus dilalui. Walaupun saat pelantikan, mama saya tetap menawarkan pilihan Kembali ke rumah huhu. Masuk ke kampus ini menyadarkan saya bahwa ini semua pemberian dari Tuhan, bukan kuat dan gagah saya. Doa dan restu orang tua saya, mengantarkan saya sampai pada tahap ini dan saya yakin doa orang tua saya akan berlanjut pada kehidupan saya. Walaupun harus jauh dari orang tua dan kedua adik saya, namun ini adalah pilihan saya. Memang harus ada yang direlakan untuk hal yang diinginkan.
Semangat untuk kalian yang sedang berjuang untuk cita-cita kalian. Tentukan pilihan dengan yakin, jalankan pilihan dengan penuh tanggung jawab. Jangan lupa bahwa semua hal yang kita cita-citakan itu mohonkan perkenan dari Tuhan. Sertakan doa dan restu orang tua dalam menggapai cita-citamu. Karena semua hal yang dapat kita capai bukan dari kuat dan gagahnya kita sebagai manusia.
Untuk para pejuang sekolah kedinasan, salam perjuangan!!!