Sepenggal perjuangan dari Pulau Karanrang. Khaerunnisa: The success story.
Hallo sobat Poltek SSN. Aku Khaerunnisa, Taruna Tingkat IV Program Studi Rekayasa Perangkat Keras Kriptografi Politeknik Siber dan Sandi Negara. Aku akan berbagi sepenggal kisah perjuanganku anak rantau dari Pulau Karanrang.
Pulau Karanrang, pernahkah kalian mendengar nama pulau itu? Ya memang nama pulau itu mungkin asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, namun sangat akrab denganku. Aku lahir dan dibesarkan di Pulau Karanrang, sebuah Pulau kecil di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan, sebuah pulau kecil dengan luas 7,8 Ha, luas pulau tempat tinggal ku ini lebih kecil dibandingkan Kebun Raya Bogor. Jaraknya sekitar 3 jam dari Makassar jika ditempuh dengan menggunakan mobil dan juga kapal kecil. Walaupun aku lahir di Pulau kecil nan terpencil namun aku mempunyai mimpi dan angan yang besar.
Aku telah menjadi anak yatim sejak usia 1 tahun 10 bulan, aku merupakan putri ke delapan dari pasangan Hj. Siti Hawa dan H. Muh. Tahir (alm). Pendidikanku dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 30 Pulau Karanrang. Sejak SD aku selalu mendapatkan juara 1 di kelas. Saat sekolah menengah pertama, kakak sulungku ingin aku sekolah dan mendidikku seperti kakakku yang ke 6. Sejak MTs aku sudah menjadi anak rantau di sebuah kota kecil di Kalimantan Selatan. Dimasa perkembangan ku ini kakakku sangat disiplin mendidikku. Aku ingat untuk mendapatkan uang lima ribu rupiah saja aku harus setoran minimal 5 kosa kata Bahasa inggris setiap hari, waktu itu aku belum ada biaya untuk mengikuti kursus Bahasa inggris. Disetiap harinya aku juga ditugaskan untuk menulis al qur’an satu ayat per harinya. Untuk ke sekolah yang jaraknya 5 km aku harus mengendarai sepedaku dari rumah kakak. Ini adalah salah satu bentuk pengajaran dari kakkakku untuk menjadikanku seorang pejuang dan tidak menjadi anak yang manja. Gambar di sebelah kiri ini merupakan kakak pertamaku.
Didalam kehidupanku aku sangat berhutang kepada keluargaku. Kakak pertama sang motivatorku untuk terus belajar, kakak kedua yang selalu support dalam hal material, kakak ketiga yang selalu siap sedia mengantarku ke Bandara, kakak keempat sebenarnya sudah meninggal sejak dia kecil, kakak kelima yang selalu support dalam pembuatan oleh-olehku, kakak keenam yang mendukung doa dari jauh, kakak ketujuh yang senantiasa banting tulang menjaga warung di rumah. Ibuku yang tiada henti mendokanku.
Sekolah Tinggi Sandi Negara sudah menjadi impianku sejak menduduki kelas 11 SMA Semester 2. Dari mimpi yang awalnya aku tulis di buku diaryku untuk dicapai. Sekolah Tinggi Sandi Negara atau Poltek SSN diperkenalkan oleh kakak kelas ku, teman satu kamar ku di SMA 13 Pangkep, Nurul Azalia Namanya sekarang dia kuliah di Universitas Hasanuddin. Dia saat itu kelas 12 SMA semester akhir. Setiap harinya aku melihat dia sangat bersemangat untuk mendaftar di STSN. Dari kakak kelasku inilah aku banyak mendapatkan informasi terkait STSN. Keinginan untuk sekolah gratis dan tidak merepotkan lebih banyak keluargaku adalah tekad utama dalam menempuh perjuananku untuk memilih SPMB STSN.
Kisahku di mulai, sejak aku mengetahui tes STSN hanya terdapat di Bogor dan DI Yogyakarta aku akhirnya mulai menabung. Dahulu Informasi terkait STSN sangat terbatas, aku hanya bisa mendapatkan informasi melalui internet. Setelah kelas 12 SMA diadakanlah TRY OUT nasional oleh senat Mahasiswa STSN. Disana aku sangat tertarik ingin mengetahui lebih lagi terkait STSN, aku daftar di TRY OUT online waktu itu dan TRY OUT daerah. Sayangnya di Makassar tidak ada TRY OUT tersebut. Try Out hanya dilaksanakan di 10 daerah sehingga waktu itu aku targetkan untuk ikut TRY OUT di Kalimantan Selatan, Banjarmasin daerah yang sudah tidak asing lagi bagiku. Aku punya kakak di Kalimantan Selatan dan disana tempat aku mengemban sekolah menengah pertamaku. Aku semakin yakin untuk mengikuti SPMB STSN setelah mengikuti Try Outnya di Banjarmasin.
Walaupun aku adalah anak daerah namun aku tidak pernah berkecil hati untuk mengejar kesuksesan. Semua orang memiliki kesempatan untuk sukses dari manapun asal mu, asalkan kamu memiliki perjuangan yang gigih. Setelah lulus SMA aku bertekad untuk tidak gap year. Aku mendaftar di semua jalur kampus yang aku ketahui, mulai dari jalur undangan SNMPTN yang ternyata tidak lulus, SBMPTN, SPAN PTKIN, POLBANGTAN GOWA, POLTEKKES. Dari semua yang aku daftari alhamdulillah semuanya diterima setidaknya lolos berkas.
Pilihan demi pilihan aku seleksi demi masa depanku, tujuanku adalah sekolah gratis dan tidak membebani saudara dan ibuku lagi. Pada jalur SPAN-PTKIN aku lulus jurusan Al Qur’an dan Hadist di UIN Alauddin, jalur SBMPTN aku lulus di Jurusan Pendidikan IPA Universitas Lambung Mangkurat, dan juga lulus di Polbangtan Gowa sampai seleksi Wawancara. Jika dilihat dari pilihan yang aku ambil sangatlah tidak liniear. Waktu itu aku membuat pilihan sesuai dengan yang aku senangi dan kira kira mampu aku jalankan hingga akhir. Teringat waktu itu kakak keduaku tidak suka aku mendaftar di jursan Al Qur’an dan Hadist, kakakku khawatir terhadap pilihanku. aku Aengan pedenya mengatakan Insyaallah aku akan lulus STSN, itu pilihan utamaku jadi tenang saja. Waktu itu kakakku sangat ingin aku kuliah di Kedokteran. Dia menjajikan janji janji yang indah, tapi aku sadar aku tak mampu dan tidak ada keyakinan untuk menjadi seorang Dokter.
Pada akhirnya aku tetap yakin menjatuhkan pilihan aku untuk tetap melanjutkan ke STSN. Situasi saat itu sedikit rumit. Di waktu yang sama terdapat jadwal tesku yang bentrokan, Tes Kesehatan di Polbangtan Gowa yang merupakah tahap terakhir SPMB Polbangtan Gowa dan Seleksi Psikologi dan Wawancara Clearence Test serta Mental Ideologi (CT/MI) SPMB STSN ini masih tahap ke 5 dari 6 tahap seleksi yang ada. Memang banyak yang harus dipertaruhkan, dan harus yakin dengan apa yang kita pilih. Sehingga aku tetap memutuskan untuk melanjutkan memilih STSN.
STSN adalah planning A dalam hidupku, aku menjadikannya prioritas utamaku, aku daftari semua jalur yang ada sebagai plan B, C, D ku. Entah kenapa aku sangat tertarik dengan sandi negara ini. Aku berdoa dalam sholatku agar diberikaN yang terbaik oleh Tuhan, tidak lupa juga meminta doa restu ibu dan kakak kakakku, guruku, dan juga teman temanku. Jangankan mereka tukan becak dan ibu ibu yang bertanya diangkutan umum pun tak luput aku meminta doa mereka saat mereka menanyakan aku dari mana, pakaianku memang mencolok Hitam Putih dengan tas berisi berkas yang aku gendong.
Aku sangat ingat betapa bahagianya aku ketika awal mendaftar dan memilih lokus tempat SPMB, terdapat lokus di Makassar. Masyaallah. Tuhanku Allah mempermudah diriku meraih mimpi dan cita citaku, Allah datangkan tempat tes ke provinsiku. Aku teringat perkataan dosenku di Poltek SSN Ibu Desi Marlena yang mengajarkanku ilmu, “Jalankan amanah yang diberikan kepada mu, tugasmu hanya ikhtiar dan berdoa dengan maksimal, jangan mengandalkan diri sendiri, minta tolong ke Allah dan lihat Allah akan permudah urusanmu”. Waktu itu ada 4 lokus SPMB STSN yaitu di Makassar, Banjarmasin, Bogor dan DIY. Masyaallah Masyaallah. Di dalam rencanaku aku buat planning agar aku berangkat ke Bogor. Ternyata tidak perlu repot repot tempat tes yang akan datang ke kotaku.
Saat SPMB aku juga memiliki teman seperjuangan yang tempat tinggalnya tidak kalah jauh dariku, Regina dia tinggal di Papua, juga Inayah yang tinggal di Ambon. Dari kami bertiga hanya aku dan Regina yang lulus di Poltek SSN. Sedangkan Inayah dia mencoba lagi di tahun 2019 namun tak kunjung lulus juga. Di percobaan ketiga dia akhirnya memilih untuk berjuang di SPMB STIS dan akhirnya lulus kedinasan juga di Politeknik Statistika STIS pada tahun 2020.
Berikut ini gambar kami bertiga yang kami abadikan ketika tes kesehatan dari kiri ada Regina, Inayah, dan saya.
Setiap orang punya jalannya masing-masing, jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Teruslah bermimpi besar, lakukan yang terbaik, berdoa yang utama. Karena siapa sangka Khaerunnisa yang tinggal nun jauh di pelosok sana, bisa bersinar di kemudian hari. Sejauh apa pun dan se imposible apapun pikiran orang tentangmu, jangan takut bermimpi karena jika Tuhanmu berkehendak demikian juga, “Jadilah maka Jadilah” apa yang kamu cita-citakan. Semangat terus dan jangan lewatkan kesempatan menjadi bagian dari kami.
Doakan Nisa ya teman-teman semoga bisa menyelesaikan studinya dan menjadi abdi negara yang juga bermanfaat bagi agama. Terima kasih sampai jumpa di Poltek SSN. Salam hangat dari Khaerunnisa 😊